Hati yang Lapang Tanda Kekuatan Jiwa dan Kedewasaan Iman
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan pernah lepas dari ujian berupa ucapan orang lain. Terkadang, kata-kata yang keluar dari lisan manusia bisa menjadi pisau tajam yang melukai hati. Namun, seorang mukmin sejati diajarkan untuk memiliki hati yang lapang (shadrun wasi‘), yaitu hati yang luas, tenang, dan mampu menerima segala ujian dengan sabar serta memaafkan. Hati yang Lapang adalah Anugerah Allah ﷻ berfirman:
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ
“Barang siapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam.” (QS. Al-An‘am: 125)
Ayat ini menjelaskan bahwa lapangnya hati merupakan tanda hidayah dan kasih sayang Allah. Hati yang lapang membuat seorang hamba tenang dalam menjalani kehidupan, tidak mudah tersakiti, dan selalu mampu memandang segala sesuatu dari sisi yang positif.
Hati yang lapang bukan berarti seseorang lemah dan pasrah tanpa daya, justru sebaliknya: ia adalah tanda kekuatan jiwa. Orang yang kuat bukanlah yang mampu mengalahkan lawannya secara fisik, melainkan yang mampu menahan amarahnya dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang memiliki shadrun wasi‘ mampu menahan diri, tidak mudah terpancing oleh ucapan buruk, dan tetap menjaga kehormatan diri.
Kedewasaan iman tercermin dari cara seseorang menyikapi cobaan. Semakin dewasa imannya, semakin lapang hatinya dalam menghadapi ucapan manusia. Ia tidak mudah tersinggung, tidak menyimpan dendam, dan lebih memilih untuk memaafkan.
Allah ﷻ memuji orang-orang beriman dengan sifat tersebut:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“…(yaitu) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)
Lisan manusia bisa melukai, tetapi hati yang lapang mampu menyembuhkan. Orang yang lapang hatinya tidak membiarkan kata-kata buruk bersarang menjadi penyakit hati. Ia segera mengembalikannya kepada Allah, bersabar, dan memohon pahala dari-Nya. Dengan begitu, luka itu tidak menjadi racun, melainkan berubah menjadi jalan untuk menguatkan iman.
Hati yang lapang (shadrun wasi‘) adalah karunia besar sekaligus tanda kekuatan jiwa dan kedewasaan iman. Dengan hati yang luas, seorang mukmin tidak mudah goyah oleh ucapan manusia, tidak larut dalam luka, dan selalu mampu menjaga ketenangan jiwa. Ia bagaikan samudra luas, tidak keruh hanya karena segenggam tanah yang dilemparkan.
Semoga Allah ﷻ melapangkan hati kita, menjadikan kita hamba yang sabar, pemaaf, dan selalu tenang dalam menghadapi ujian kehidupan.

Komentar
Posting Komentar