Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Etika Dan Adab Utang Piutang Dalam Islam

Gambar
Mencukupi kebutuhan finansial memang tidak mudah. Harus memutar otak bagaimana menjalani kehidupan dengan lancar tanpa suatu halangan. Terkadang dalam kondisi terdesak dengan terpaksa seseorang memilih berhutang sebagai solusinya. Dalam ajaran agama memang terdapat anjuran dan keutamaan bagi orang yang memberi hutang, karena merupakan bagian dari menolong orang lain. Dalam Alquran maupun Hadis banyak menerangkan tentang bagaimana etika dan adab utang piutang dalam Islam, diantaranya: Mencatat utang piutang. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ ۚ...  "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya." (QS Al-Baqarah: 282) Jangan pernah berniat tidak melunasi utang. عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ ‌‏أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِيَ اللَّهَ سَارِقًا  "Siapa saja yang berutang, sedang ia

Rendah Hati Merupakan Sifat Seorang Muslim

Gambar
Sikap rendah hati, tawadhu, dan tidak sombong merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Sebagaimana yang telah dicontohkan baginda nabi Muhammad ﷺ dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Nabi selalu mengedepankan sikap rendah hati kepada siapa saja tanpa pandang bulu, golongan, maupun ras. Jika sifat ini tertanam dalam jiwa, kita mampu menyadari batasan kemampuan diri dan tidak akan merasa angkuh maupun sombong dalam berinteraksi sosial. Allah ﷻ berfirman: واخفض جناحك للمؤمنين “Dan rendahkan hatimu pada orang-orang yang beriman.” (QS. al-Hijr [15]: 88)  Ketika seseorang mampu menanamkan sifat rendah hati (tawadhu’) dalam dirinya, beragam kemaslahatan pasti akan didapatkannya. Sebab sifat rendah hati dapat menimbulkan tingkah laku, dan tutur kata yang indah. Sekelas para ulama salaf terhebat pun mereka masih merasa hina dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain yang bodoh. karena mereka mengetahui bahwasannya rendah diri menjadi sebab dirinya mendapat kemuli

Selalu Bertanya “Dimana Dalilnya?”

Gambar
Sering kita temui sanggahan " ada hadisnya gak?" "dalilnya mana?". Pernyataan seperti ini cenderung meremehkan fiqih dengan alasan "itu kan pendapat ulama! sebagai manusia kan ada salahnya?". Berhati-hati dalam beragama memang penting tetapi mendasarkan semua perbuatannya pada dalil justru naif. Bagaimana tidak, setiap mau beraktivitas membutuhkan dalil untuk landasannya. Kita terkadang heran di setiap mau berbuat baik dikuatkan dengan dalil, sedangkan untuk menjelekkan orang kita nggak pernah menanyakan "dalilnya mana?". Sebagai muslim bukannya mengenyampingkan Alquran maupun hadis nabi ﷺ sebagai sumber utama dalam agama. Tentu saja tetap berpegang teguh pada Alquran dan sunnah nabi ﷺ, tetapi tentunya kita harus paham betul bahwasannya tidak semua sisi-sisi kehidupan bisa selesai dengan pernyataan "Dalilnya mana?” Lantas, ukurannya apa? Jika kita menelaah ilmu Ushul fiqihada sebuah kaidah: الأَصْلُ فِى اْلعِبَادَةِ اَلتَّحْرِيْمُ وَالْبَطْل

Pandangan Ahlussunah Wal Jamaah Mengenai Praktik Tawasul

Gambar
Dikalangan umat islam salah satu cara yang ditempuh dalam berdoa kepada Allah ﷻ yaitu dengan bertawasul. Secara umum praktik tawassul dianjurkan dalam al Quran Surat Al-Maidah ayat 35: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ Artinya, “Hai orang yang beriman, takwalah kepada Allah. Carilah wasilah kepada-Nya.” Praktek tawassul biasanya dilakukan dengan menggunakan amal kebaikan ataupun berwasilah kepada orang-orang yang sholeh. Dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ agar doa dan hajatnya dikabulkan. Wasilah dengan amal (al-Tawassul bi al-‘Amal al-Salih) di antaranya ialah dengan iman, ibadah, dan amal kebajikan. Berdoa menggunakan wasilah dengan amal dikalangan ulama banyak yang menganjurkan . ada juga dalam berdoa menggunakan wasilah kepada orang-orang soleh (al-Tawassul bi as-Sholihin) seperti, para Nabi, Rasul, Sahabat, tabiin, Syuhada, ulama, dan Wali. Bertawassul dengan wasilah orang-orang yang dekat kepada Allah maksudnya bukan bera

Amal Ibadah Harus Dilakukan Dengan Ikhlas

Gambar
Menaruh perhatian besar dalam mewujudkan rasa ikhlas kepada Allah ﷻ dengan mengevaluasi diri serta menata niat, ucapan, dan perbuatan semata-mata untuk mencari ridha Allah ﷻ harus dilakukan. Dikarenakan rasa ikhlas sangat mudah tercemari oleh berbagai perilaku dan perbuatan. Inti dan substansi dari perilaku ialah ikhlas, perlu diketahui bahwasannya orang yang tidak mengawali perbuatan dengan rasa ikhlas sama saja dengan tidak berbuat apa-apa. Sebab amal perbuatan membutuhkan niat yang ikhlas murni Karena Allah ﷻ. Imam al-Harits al-Muhasibi di dalam kitab Risalah al-Mustarsyidin beliau mengutarakan sebagai berikut: واعلم رحمك الله ان الصدق والاخلاص اصل كل حال . فمن الصدق يتشعب الصبر والقناعة والزهد والرضا والانس. وعن الاخلاص يتشعب اليقين والخوف والمحبة والحياء والاجلال والتعظيم “Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepadamu, bahwa kesungguhan dan ikhlas adalah asas segala sesuatu. Dari kesungguhan muncul kesabaran, rela menerima pemberian Allah (qana’ah), zuhu

Harta Yang Mendatangkan Derita

Gambar
Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik. Yaitu makanan yang diperoleh dengan cara yang benar dan tidak membahayakan tubuh. Manusia dilarang mengikuti langkah-langkah setan dengan menghalalkan makanan yang diharamkan dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah ﷻ. sebagaimana firman Allah : يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah/2:168) Manusia harus membelanjakan hartanya untuk kepentingan kemaslahatan dunia dan akhirat, misalnya menafkahi keluarga , untuk kepentingan sosial , dan lain-lain. Seseorang juga harus mempertimbangkan keluar masuknya harta yang diperoleh , dengan memastikan kehalalan sumber perolehan hartanya. Karena ibad

Puasa Dalam Pandangan Ilmu Tasawuf

Gambar
Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk berpuasa salah satu tujuannya yaitu menjadikan manusia bertaqwa . sebagaimana firman Allah: يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ... Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagimu ibadah puasa, sebagaimana diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa...(QS. al-Baqarah, 2: 183) Didalam Alquran maupun Hadits banyak disebutkan, bahwasanya alasan mengapa orang Islam diperintahkan berpuasa diantaranya agar mereka bertakwa kepada Allah ﷻ, diampuni dosa-dosanya, terjaganya perkataan maupun perbuatan, pengendali hawa nafsu, tubuh menjadi sehat, dan terhindar dari api neraka . Disamping itu seseorang yang melaksanakan puasa menunjukkan bentuk manifestasi keimanan dan ketaatan kepada Allah ﷻ. Dalam pandangan Syekh Abdul Qodir Jaelani beliau membagi puasa dalam dua kategori, yaitu shaum al-syarî’ah (puasa syariat) dan shaum a

Wajibnya Taat Dan Patuh Kepada Penguasa

Gambar
Didalam Al Quran disebutkan bahwa taat dan patuh kepada pemimpin merupakan sebuah kewajiban, bagaimana firman Allah ﷻ:  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An Nisa' [4]: 59) Dalam dalam ayat ini ada kalimat أُولِي الْأَمْرِ atau dengan kata lain pemimpin. Pada ayat ini Allah ﷻ menyuruh kepada orang-orang beriman untuk taat kepada Allah ban Rasul dan pemimpin kalian. Lafadz perintah taatilah kepada pemimpin merupakan ikutan (tabi') dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Oleh karena itu jika ada seorang pemimpin yang menyuruh untuk berbuat maksiat maka tidak ada lagi kewajiban dan patuh kepada mereka. Rasulullah ﷺ juga bersabda: عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ "Seorang muslim wajib

Memahami Agama Secara Benar Dengan Bermadzhab

Gambar
Sebagai umat Islam kita wajib meyakini bahwasanya para ulama Salaf selalu menjaga dirinya secara lahir dan batin dalam bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Kita tidak boleh berprasangka buruk kepada mereka bahwa para ulama salah dalam bertingkah laku maupun pemikirannya. karena dalam kepribadian diri mereka bisa dipastikan dan diyakini bahwasanya segala perbuatan dan tingkahlaku pasti sesuai dengan Alquran maupun as-Sunnah. Mereka adalah orang-orang yang ditunjuk oleh Allah sebagai penuntun para umat penerus estafet yang dibawa oleh Baginda Rasulullah ﷺ. Keilmuan yang dimiliki oleh mereka sudah tidak bisa diragukan lagi, mereka sangat memahami seluk beluk agama secara mendetail. Cara yang dapat kita tempuh agar kita dapat meneladani dan mengikuti jejak para ulama Salaf salah satunya yaitu dengan bermazhab kepadanya. Bermazhab merupakan hal yang sangat penting bagi umat islam agar pemahaman dan praktik dalam beribadah sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Dengan bermazhab kita

Menyemir Rambut

Gambar
Hukum menyemir rambut dengan warna hitam atau sejenisnya seperti kuning merah atau  lain-lain banyak dibahas oleh para ulama. Di kalangan Mazhab Syafi'i terjadi perbedaan pendapat,  menurut Imam Baghowi hukum menyemir rambut dengan warna hitam hukumnya makruh. Namun menurut Imam Nawawi pendapat yang shohih hukumnya haram.  merujuk pada hadis yang terdapat dalam kutubus sittah,  yaitu: أُتِيَ بِأَبِي قُحَافَةَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَرَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ كَالثَّغَامَةِ بَيَاضًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «غَيِّرُوا هَذَا بِشَيْءٍ، وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ Artinya: “Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah dibawa ke hadapan Rasulullah ﷺ, dengan rambut dan jenggotnya yang memutih seperti pohon tsaghamah (pohon yang daun dan buahnya putih). Maka Rasulullah ﷺbersabda: “Rubahlah warna (uban) ini dengan sesuatu, tapi jauhilah yg berwarna hitam.” (Shohih Muslim, no.2102, Sunan Abu Dawud, no.4204, Sunan Nasa'i, no.5076 dan Shohih Ibnu Hibban, no.5471) قَالَ

Allah Suci Dari Arah dan Tempat, Mengapa Kalau berdoa Menghadap Kelangit?

Gambar
Sebagai orang Ahlussunah Wal Jamaah yang beraqidah Asy’ariyah Maturidiah tentunya kita sangat mengenal kalimat “Allah ada tanpa tempat”. Maksudnya bahwa Allah telah ada tanpa permulaan dan qadim. Allah ada sebelum segala sesuatu ini diciptakan seperti ‘Arasy, langit, bumi, segala makhluk, dan isinya. Allah sudah sempurna dengan segala sifat-Nya yang azali. Allah dan sifat-Nya setelah adanya makhluk tidak memberi pengaruh apa pun terhadap dzat dan sifat-Nya. Allah maha sempurna jauh sebelum semua ini ada. Imam Syafi’i juga pernah mengutarakan sebagaiman termaktub dalam kitab Ithaf al-Sadati al-Muttaqin, beliau berkata : إنه تعالى كان ولا مكان فخلق الـمكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه الـمكان لا يجوز عليه التغيِير فى ذاته ولا في صفاته “Sesungguhnya Allah ta’ala ada dan tidak ada tempat, maka Dia (Allah) menciptakan tempat, sementara Dia (Allah) tetap atas sifat azali-Nya, sebagaimana Dia (Allah) ada sebelum Dia (Allah) menciptakan tempat, tidak boleh atas-Nya berubah pada dzat-Ny