Berhati Hati alam Menerima Berita
Dalam ajaran Islam, sikap berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan berita merupakan bagian penting dari adab dan akhlak seorang Muslim. Di zaman yang penuh dengan arus informasi cepat seperti sekarang ini, siapa pun bisa menjadi penyebar berita—baik yang benar maupun yang salah. Karenanya, Islam memerintahkan umatnya untuk selalu bersikap teliti dan tidak gegabah dalam menyikapi setiap informasi yang datang. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kalian seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu." (QS. Al-Hujurat: 6).
Ayat ini memberikan prinsip dasar bagi seorang Muslim: tidak langsung menerima informasi tanpa klarifikasi (tabayyun), terlebih jika sumbernya tidak terpercaya. Rasulullah ﷺ juga bersabda, "Cukuplah seseorang dianggap berdusta apabila ia menceritakan semua yang ia dengar." (HR. Muslim).
Hadis ini menekankan pentingnya menyeleksi informasi sebelum menyampaikannya kepada orang lain. Tidak semua yang kita dengar layak untuk dibagikan. Bisa jadi, berita yang kita sebar justru menimbulkan fitnah, perpecahan, dan keburukan di tengah masyarakat.
Dalam Majmu’ Fatawa (7/252) mengingatkan, "Wahai mukmin, waspadalah, jangan sampai setan menggelincirkan dan menghasut dirimu karena tidak berhati-hati dan teliti dalam menangani urusan-urusan dan dalam menyampaikan berita. Akhirnya, engkau terjatuh pada hal-hal yang tidak terpuji akibatnya. Engkau pun menyesal pada saat penyesalan tidak lagi berguna." Nasehat ini menggambarkan betapa bahayanya kelalaian dalam menyebarkan kabar tanpa dasar yang jelas. Setan akan memanfaatkan kelengahan manusia untuk menyulut fitnah, menciptakan permusuhan, dan merusak ukhuwah Islamiyah. Selain itu juga peringatan agar kita tidak menjadi alat setan dalam menyebarkan kebohongan atau menyulut permusuhan.
Maka dari itu, sebagai Muslim yang bertanggung jawab, kita harus menjaga lisan dan jari-jari kita, baik dalam percakapan langsung maupun melalui media sosial. Jangan sampai kita menjadi penyebab tersebarnya hoaks atau kabar bohong yang bisa menimbulkan dosa dan kerusakan. Selalu tanyakan pada diri kita sebelum menyebarkan berita: apakah ini benar? Apakah ini bermanfaat? Apakah ini bisa mendatangkan maslahat?
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita petunjuk dan kekuatan untuk selalu berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan informasi, serta menjadikan kita bagian dari orang-orang yang menjaga kebenaran dan kedamaian di tengah umat. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar