Larangan Menonjolkan Diri dan Gemar Kekuasaan

 

Dalam kehidupan sosial dan spiritual, sifat menonjolkan diri serta ambisi berlebihan terhadap kekuasaan merupakan dua hal yang kerap dipandang negatif. Kedua sikap ini sering kali menjadi akar dari konflik, ketidakadilan, hingga runtuhnya nilai-nilai kebersamaan. Banyak ajaran agama, filsafat, dan etika yang menekankan pentingnya rendah hati serta menjauh dari sikap haus akan kekuasaan demi menjaga harmoni dan keadilan dalam masyarakat.

Menonjolkan diri adalah kecenderungan seseorang untuk menunjukkan kehebatan, kelebihan, atau pencapaiannya secara berlebihan, dengan harapan mendapatkan pengakuan, pujian, atau kedudukan sosial. Sementara itu, gemar kekuasaan adalah hasrat yang besar untuk menguasai, memimpin, atau memiliki kontrol terhadap orang lain atau suatu sistem, sering kali demi kepentingan pribadi.

Sikap-sikap ini tidak selalu terlihat mencolok. Mereka bisa terselubung dalam bentuk ambisi yang dibungkus dengan retorika kebaikan. Namun, di baliknya bisa tersembunyi niat ingin mengungguli, mengendalikan, atau memperoleh pujian yang tidak sepantasnya.

Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW memperingatkan umatnya untuk tidak mengejar jabatan atau kekuasaan. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan. Karena sesungguhnya jika engkau diberi jabatan tanpa memintanya, maka engkau akan dibantu (oleh Allah). Namun jika engkau diberi jabatan karena memintanya, maka engkau akan diserahkan (tanpa bantuan Allah).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap ini menunjukkan bahwa kekuasaan bukanlah tujuan utama, melainkan amanah berat yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. 

Imam Asy-Syathibi rahimahullah berkata : “Penyakit hati yang paling terakhir menghinggapi hati orang-orang shaleh adalah suka mendapat kekuasaan dan gemar menonjolkan diri.” (Ma'alim fii Thariq Thalabil 'Ilmi, hal. 20)

Orang yang gemar menonjolkan diri cenderung merasa lebih baik dari orang lain. Ia mengukur nilai dirinya berdasarkan pengakuan orang lain, bukan pada nilai hakiki atau kontribusinya. Ini dapat menghapus keikhlasan dalam berbuat kebaikan karena semua tindakan dilakukan demi citra, bukan karena niat tulus.

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
(HR. Muslim)

Ketika seseorang terlalu sering memamerkan kelebihan, tidak sedikit yang merasa tersaingi. Ini bisa menimbulkan kecemburuan, fitnah, atau bahkan upaya sabotase. Dalam banyak kasus, kejatuhan seseorang dimulai dari keinginannya untuk terlalu menonjol.

Bahaya Sifat Menonjolkan Diri dan Haus Kekuasaan

  1. Menumbuhkan Kesombongan
    Kesombongan adalah lawan dari kerendahan hati. Orang yang menonjolkan diri akan merasa lebih baik dari orang lain dan meremehkan yang lemah.

  2. Merusak Kebersamaan
    Dalam tim atau organisasi, sifat ini menciptakan iklim kompetisi yang tidak sehat, memicu iri hati, dan meruntuhkan kepercayaan.

  3. Mendorong Manipulasi dan Ketidakadilan
    Demi kekuasaan, seseorang bisa melakukan segala cara, termasuk menyebar fitnah, menjatuhkan orang lain, dan menghalalkan segala cara.

  4. Menghilangkan Keikhlasan dalam Berkarya
    Jika segala sesuatu dilakukan hanya demi pengakuan atau posisi, maka keikhlasan dan tujuan mulia dari pekerjaan itu akan pudar.

Sikap rendah hati dan semangat melayani adalah fondasi penting dalam membangun hubungan yang sehat, memimpin dengan bijak, dan menjaga integritas diri. Berikut beberapa langkah untuk menumbuhkan kedua sikap mulia ini:

  • Ikhlas dalam berkarya, tanpa mengharapkan pujian.

  • Bekerja dalam diam, membiarkan hasil yang berbicara.

  • Mengutamakan pelayanan daripada jabatan.

  • Menerima kritik dengan lapang dada, dan terus belajar tanpa merasa paling benar.

Larangan untuk menonjolkan diri dan gemar akan kekuasaan bukanlah semata-mata untuk mengekang kebebasan individu, melainkan untuk menjaga integritas, keadilan, dan harmoni sosial. Keberhasilan sejati bukan dinilai dari seberapa tinggi posisi yang diraih, tetapi dari seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan hati yang bersih dan niat yang tulus.

Komentar

Postingan Populer