Barangsiapa Menghindari Keluhan Ia Mengundang Kebahagiaan

Dalam kehidupan, tidak ada manusia yang luput dari ujian. Namun, perbedaan antara orang yang bahagia dan yang gelisah sering kali bukan pada beratnya ujian, melainkan pada bagaimana ia menyikapinya. Banyak orang yang ketika ditimpa kesulitan, lisannya segera mengeluh—padahal keluhan tidak menghapus beban, justru menambah resah di hati.

Islam mengajarkan kita untuk mengganti keluhan dengan kesabaran dan doa. Karena setiap kata yang keluar dari lisan mencerminkan isi hati. Jika lisan penuh keluhan, berarti hati belum ridha terhadap takdir Allah. Padahal kebahagiaan sejati lahir dari hati yang ridha.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah kebaikan baginya, dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali orang beriman. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya."
(HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa keluhan bukanlah ciri orang beriman. Seorang mukmin selalu melihat kebaikan dalam setiap keadaan. Ketika senang, ia bersyukur; ketika susah, ia bersabar. Dalam dua keadaan itu, tidak ada tempat bagi keluhan.

Allah ﷻ juga berfirman dalam Al-Qur’an:

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.”
(QS. Al-Baqarah: 156)

Ayat ini mengajarkan sikap menerima dengan lapang dada, bukan mengeluh. Karena mengeluh sejatinya menunjukkan ketidakpuasan terhadap keputusan Allah. Sementara menghindari keluhan berarti membuka ruang di hati untuk ketenangan dan kebahagiaan.

Ketika kita berhenti mengeluh, kita memberi kesempatan kepada jiwa untuk bersyukur. Hati yang penuh syukur tidak akan sempat meratapi nasib, sebab ia sibuk menghitung nikmat. Dan saat kita bersyukur, Allah ﷻ berjanji akan menambah nikmat tersebut:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)

Maka, barangsiapa mampu menahan diri dari keluhan, sesungguhnya ia sedang membuka pintu kebahagiaan. Sebab, tidak ada kebahagiaan yang lebih indah daripada hati yang ridha terhadap takdir Allah.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Kedalaman Cinta Rasulullah ﷺ dalam Doa

Kesombongan Merupakan Tanda Kurangnya Akal

Jaga Lisanmu dari Ghibah terhadap Orang-Orang Sholeh