Ketaqwaan Seorang Hamba

 

Umat Islam tentunya sudah tidak tabu dengan kata Taqwa, di mimbar mimbar masjid para khotib tidak bosan-bosannya mengingatkan tentang ketaqwaan. Dari segi bahasa, kata taqwa berarti “memelihara” atau “menghindari”, sedangkan para ulama sendiri Mendefinisi taqwa yaitu “melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.” Tetapi sejatinya kesadaran akan kehadiran Allah ﷻ dan berusaha menyesuaikan diri dengan tata nilai ketuhanan dengan menghadirkan batin, penjiwaan, keinsafan kepada Allah ﷻ yang selalu memantau gerak gerik diri kita merupakan sebuah tuntutan. Dimana puncaknya yaitu menyadari dan merenungkan dari mana kita berasal dan kemana kita kelak akan kembali. Dialah Allah ﷻ tempat paling akhir dimana tempat kita kembali setelah sekian lama menjalani kehidupan di dunia ini denan penuh pejuangan dan pengorbanan. Ibnu Rajab juga mengatakan dalam Jami' al-Ulum wa al-Hikam, hlm. 475 sebagai berikut: 

واستعمل عليُّ بن أبي طالب رجلاً على سَريَّة، فقال له: أُوصيك بتقوى الله الذي لابُدَّ لك من لقائه، ولا منتهى لك دونَه، وهو يَملِكُ الدنيا والآخرة 

"Pada saat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menugaskan seseorang menjadi pemimpin sebuah pasukan, (sebelum berangkat) beliau berpesan kepadanya, 'Aku wasiatkan agar kamu bertakwa kepada Allah. Di mana kamu pasti akan bertemu dengan-Nya, tidak ada akhir kesudahanmu kecuali kepada-Nya. Dia yang menguasai dunia dan akhirat.”

Untuk menyadari terhadap kebeadaan Allah ﷻ membuat orang beriman memiliki komitmen moral yang tinggi untuk terwujudnya amal saleh (kebajikan). Jika orang itu betul-betul bertakwa kepada Allah ﷻ maka ia akan menunjukkan sikap peri kemanusiaan yang tinggi dan ia juga akan tetap perilaku adil kepada semua orang. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu bersyukur, konsisten dan berperangai ramah kepada siapa saja, baik kepada makhluk hidup maupun lingkungan. Dia tidak akan membeda-bedakan sukuisme dan diskriminasi kalangan umat manusia. karena dia dapat memberi kriteria objektif sebagai standar derajat kemuliaan seseorang dimala Allah ﷻ yaitu taqwa. agama tidak membeda bedakan jumlah harta, kedudukan, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, jenis profesi, suku, bangsa, atau status sosial lainnya sebagai ukuran penilaian. Siapa pun itu, bila mampu meraih ketakwaan maksimal maka ia pantas menduduki tempat kemuliaan di sisi Allah. Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13 berpesan: 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

“Hai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Jika seorang mukmin mengetahui hakikat ketaqwaan maka dia akan berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena hal itu merupakan konsekuensi wajib bagi orang yang bertaqwa. Berbuat baik kepada alam sekitar maupun kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari menjadi bukti ketaqwaan seseorang. Hakikat taqwa tidak hanya diucapkan dalam lisan akan tetapi ditanamkan dalam hati dan direalisasikan dengan anggota badan. Dalam jiwa seseorang sudah seharusnya melakukan implementasikan kesejatian takwa sehingga kita termasuk orang-orang yang memperoleh kebahagiaan yang Hakiki. Yunus bin Ubaid rahimahullah Yunus berkata dalam Jami' al-Ulum wa al-Hikam, hlm. 476, yaitu:

اتَّقِ الله، فمن اتقى الله، فلا وحشة عليه

"Bertakwalah kamu kepada Allah! Karena orang yang bertakwa kepada Allah maka dia tidak akan merasakan kesedihan."

seharusnya kita menyadari dalam mengamalkan ketakwaan kita tidak boleh setengah hati, harus benar benar sepenuh hati baik dalam ucapan maupun perbuatan. Karena hal itu dapat menuntun kita menjalani hidup di dunia dengan selamat sebagai bekal nanti di akhirat tempat kembalinya kita kepada sang pencipta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faidah Bersiwak

Membakar Bukhur (Gharu atau Dupa) Sunnah Yang Terlupakan

Keharusan Menghormati Ahlul Bait

Memanggil Dengan Panggilan Yang Baik

Ilmu Tauhid

Memohon Hujan Dengan Bertawasul Kepada Rasulullah

Sedekah Karena Ridho Allah

Musibah Menghapus Dosa

Jangan Menzalimi Saudara Sesama Muslim