Memahami Amar Ma'ruf Nahi Mungkar


Dalam agama Islam amar ma'ruf nahi mungkar merupakan salah satu syarat untuk menjadi "Khaira Ummah" atau umat terbaik. Dalam Alquran Al Imron ayat 110 Allah berfirman :

( كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ) 
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia memerintahkan kepada yang Ma'ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah"

Nabi juga banyak mengulas tentang persoalan Amar ma'ruf nahi mungkar dalam hadits, karena amar ma'ruf nahi munkar adalah salah satu tonggak yang kuat untuk mempertahankan keberadaan umat islam dan keutuhannya. Nilai terpenting yang sebenarnya dalam Amar Ma'ruf Nahi Mungkar ini agar umat islam tidak bisa dipora-porandakan oleh hawa nafsu yang menggerogoti hatinya dan tidak bisa pula dijerumuskan oleh setan ke jalan kesehatan.

Amar ma'ruf nahi mungkar merupakan salah satu perintah agama dengan tujuan untuk mewujudkan kemaslahatan di tengah-tengah umat Islam. Syekh Nawawi Banten dalam kitab beliau mengutarakan bahwa Amar ma'ruf nahi mungkar termasuk fardhu kifayah. Amar ma'ruf nahi mungkar tidak boleh dilakukan kecuali orang-orang yang tahu betul keadaan dan siasat masyarakat agar ia tidak tambah menjerumuskan orang yang diperintah atau orang yang dilarang dalam perbuatan dosa yang lebih parah. karena sesungguhnya orang yang bodoh terkadang malah mengajak kepada perkara yang batil, memerintahkan perkara yang mungkar, melarang perkara yang Ma'ruf, kadang bersikap keras di tempat yang seharusnya bersikap halus, dan bersikap halus di dalam tempat yang seharusnya bersikap keras (Syekh Nawawi Al Jawi, Tafsir Munir, Beirut, Darul Kutub Al ilmiyah 2005, cetakan ketiga jilid 2, halaman 59). Dalam agama amar ma'ruf nahi mungkar juga ditekankan untuk menghilangkan kemungkaran dengan tujuan menjauhkan setiap hal-hal negatif yang ada di masyarakat tanpa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar lagi.

Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِّهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ 
“Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang yang tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Islam memerintahkan para pemeluknya untuk senantiasa berbuat kebaikan menghindari segala buatan yang buruk yang dapat menjauhkan diri kita kepada Allah. Tidak hanya disitu agama islam juga menganjurkan para pemeluknya untuk menularkan kebaikan kesesama umat dan mencegah kemungkaran yang terjadi di tengah masyarakat. Dalam kitab Syarah Nawawi 'Alal Muslim :

قال العلماء : ولا يشترط في الآمر والناهي أن يكون كامل الحال ممتثلا ما يأمر به مجتنبا ما ينهى عنه ، بل عليه الأمر وإن كان مخلا بما يأمر به ، والنهي وإن كان متلبسا بما ينهى عنه ; فإنه يجب عليه شيئان أن يأمر نفسه وينهاها ، 
ويأمر غيره وينهاه ، فإذا أخل بأحدهما كيف يباح له الإخلال بالآخر ؟
Ulama' berkata : Tidak disyaratkan dalam amar ma'ruf nahi mungkar adanya orang yang sempurna keadannya, melakukan apa yang di perintahkan dan menjauhi yang dilarangnya, tapi dia tetap wajib memerintahkan kebaikan walaupun dia masih melanggar apa yang diperintahkannya dan wajib mencegah kemungkaran walaupun dia melakukan apa yang dilarangnya, karena kewajiban seseorang ada dua :

  • memerintahkan kebaikan pada diri sendiri dan mencegah keburukan pada diri sendiri.
  • memerintahkan kebaikan pada orang lain dan mencegah keburukan pada orang lain.

Bagi orang yang sedang melakukan Amar ma'ruf nahi mungkar untuk memulai dari yang paling ringan dulu kemudian lanjut yang berat. Sehingga ketika kemungkaran sudah bisa hilang dengan cara yang halus baik itu melalui ucapan dengan tutur kata yang lembut ataupun dengan akhlak yang baik.  Dan tidak harus selalu berbuat kasar dan arogan. Jadi selalu bertahap dari yang paling ringan berlanjut ke yang lebih berat dan begitu seterusnya. Kita sebagai umat Rasulullah SAW seyogyanya selalu untuk menyeru dalam kebaikan dan mencegah segala sesuatu yang dapat menngiring kita dalam jurang neraka meskipun kita juga masih dalam keadaan bergelimang dosa. Sebagai sesama umat islam kita selalu saling mengingatkan atar sesama dalah hal kebaikan. Dalam kitab Al Akhlaq Was-Siyar Fi Mudawatin Nufus Imam Ibnu hazm :

وَلَو لم ينْه عَن الشَّرّ إِلَّا من لَيْسَ فِيهِ مِنْهُ شَيْء وَلَا أَمر بِالْخَيرِ إِلَّا من استوعبه لما نهى أحد عَن شَرّ وَلَا أَمر بِخَير بعد النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم
Jikalau tidak ada yg mencegah keburukan kecuali orang yg tidak mempunyai keburukan sama sekali, dan jikalau tidak ada yg memerintahkan kebaikan kecuali orang yg telah melakukan semua kebaikan tentunya tidak ada seorang pun yang mencegah dari keburukan dan tidak ada seorangpun yang memerintahkan kebaikan kecuali Nabi shollallohu alaihi wasallam.

وَقد صَحَّ عَن الْحسن أَنه سمع إنْسَانا يَقُول لَا يجب أَن ينْهَى عَن الشَّرّ إِلَّا من لَا يَفْعَله فَقَالَ الْحسن ود إِبْلِيس لَو ظفر منا بِهَذِهِ حَتَّى لَا ينْهَى أحد عَن مُنكر وَلَا يَأْمر بِمَعْرُوف وَقَالَ أَبُو مُحَمَّد صدق الْحسن
Telah shohih dari Al Hasan bahwa beliau mendengar seseorang berkata :"Tidak wajib mencegah keburukan kecuali orang yang tidak melakukan keburukan." kemudian Al Hasan berkata :"Iblis suka sekali jika dia mengalahkan kita dengan kalimat ini, hingga tidak ada seorang pun yang mencegah kemungkaran dan tidak ada seorangpun yang memerintahkan kebaikan". Tapi perlu dicatat Alah SWT Berfirman.

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ * كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).

Ayat di atas tidaklah menunjukkan bahwa jika seseorang tidak mengamalkan ilmu yang ia dapat  berarti ia meninggalkan amar maruf nahi munkar secara total. Namun ayat tersebut menunjukkan kecacatan karena seseorang meninggalkan dua kewajiban. Perlu dipahami bahwa manusia memiliki dua kewajiban yaitu memerintahkan (mendakwahi) kepada orang lain dan mengajak diri sendiri.Yang sempurna memang seseorang melakukan kedua-duanya. Jika kedua-duanya ditinggalkan berarti itu kekurangan yang sempurna. Jika hanya menjalankan salah satunya, berarti tidak mencapai derajat pertama (derajat kesempurnaan). Manusia akan lebih senang mengikuti orang yang mempraktekkan langsung dibanding dengan orang yang cuma sekedar berucap.

Dalam beramar ma'ruf nahi mungkar senantiasa mengikuti pada pedoman yang ditetapkan oleh para ulama. Hal ini karena dalam mencegah kemungkaran agar tidak menimbulkan kemungkaran yang lebih besar, karena menggunakan metode yang tidak tepat. Dasar melakukan amar ma'ruf nahi mungkar yaitu hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh imam muslim hadis tersebut berbunyi. "Barang siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, apabila tidak mampu dengan lisan maka ingkar dengan hati, yang bagian itu adalah selemah-lemahnya iman. Sepatutnya kita sebagai umat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selalu untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Beliau dan menjauhi apa saja yang dilarang karena sesungguhnya yang ada pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu adalah suri tauladan bagi umatnya untuk ditiru dan dilaksanakan semampu kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faidah Bersiwak

Membakar Bukhur (Gharu atau Dupa) Sunnah Yang Terlupakan

Keharusan Menghormati Ahlul Bait

Memanggil Dengan Panggilan Yang Baik

Ilmu Tauhid

Memohon Hujan Dengan Bertawasul Kepada Rasulullah

Sedekah Karena Ridho Allah

Memberi Contoh Yang Baik

Musibah Menghapus Dosa