Ilmu Tauhid


Tauhid merupakan cabang yang paling tinggi, makna dasar dari tauhid sendiri adalah satu (Esa). Tauhid adalah ilmu yang mengkaji tentang pengokohan keesaan Allah menggunakan dalil dan argumen yang jelas. Dengan menggali dan memurnikan akidah umat islam menggunakan dalil dalil aqliyah maupun naqliyah (Alquran maupun sunnah). Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid karena pokok bahasannya mengenai keesaan Allah. Adapun nama lain dari ilmu ini Yakni ilmu usul, ilmu aqidah, atau ilmu kalam. Bahasan tauhid erat kaitannya dengan kalimat "Lailaha Illa Allah" kalimat yang berhubungan dengan masalah iman.

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
 وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah perkataan ‘laa ilaaha illallah’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Alloh]. Sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim no. 162)

Imam An-Nawawi rahimahulloh berkata ketika menjelaskan hadits tersebut dalam Syarh Shahih Muslim 1: 112
وَقَدْ نَبَّهَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ أَفْضَلهَا التَّوْحِيد الْمُتَعَيِّن عَلَى كُلّ أَحَد ،
 وَاَلَّذِي لَا يَصِحّ شَيْء مِنْ الشُّعَب إِلَّا بَعْد صِحَّتِهِ .

“Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahwa cabang keimanan yang paling utama adalah tauhid, yang merupakan kewajiban bagi setiap orang. Sedangkan cabang keimanan yang lain tidak akan sah kecuali setelah sahnya cabang tauhid tersebut.”

Mempelajari ilmu tauhid merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Karena dengan ilmu ini kita bisa mengenal Allah dan rasulnya menggunakan dahlil dalil dan argumen yang kuat. yaitu mengetahui sesuatu yang wajib bagi Allah dan sifat-sifatnya yang sempurna. Serta menyucikan Allah dari sifat-sifat mustahil dan membenarkan risalah-risalah yang di bawah oleh seluruh Nabi dan Rasul rasul-Nya.

Yang dibahas dalam ilmu tauhid atau objek pembahasan dari ilmu ini Yaitu tentang Dzat Allah  dan para rasulnya baik dari sifat wajib untuk Allah dan Rasul, sifat mustahil, dan apa yang mungkin (Jaiz)  bagi Allah dan Rasul-Nya. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu yang mempunyai kedudukan istimewa dibanding dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Karena ilmu yang berkaitan dengan Dzat Allah dan Rasul-Nya. Hukum mempelajari tauhid sendiri Yani fardhu ain bagi setiap orang mukallaf. Adapun untuk mempelajari ilmu tauhid secara terperinci baik dalil-dalil maupun hujjah dan argumennya  fardhu kifayah.

Ilmu ini perlu ditanamkan dalam diri setiap kaum muslimin karena menumbuhkan sifat untuk selalu qonaah tentang apa yang telah diberikan oleh Allah serta ketentuan-ketentuan Allah (takdir) yang baik maupun buruk. Apabila ilmu ini sudah meresap ke dalam hati dan jiwa seseorang niscaya dirinya menjadi tenang dan tentram, bisa menghargai orang lain serta memiliki rasa kasih sayang antar sesama.

Disamping hal itu ilmu tauhid sangat penting untuk dipelajari karena salah satu syarat diterimanya sebuah ibadah. Sebagaimana Syaikh Muhammad At-Tamimy rohimahulloh mengilustrasikan dalam kitab beliau mengenai syarat ibadah yaitu tauhid. Sebagaimana yang tertulis di dalam kitabnya yang berjudul Al–Qawa’idul Arba’. Beliau rahimahullah berkata,

فاعلم: أنّ العبادة لا تسمّى عبادة إلا مع التوحيد، كما أنّ الصلاة لا تسمّى صلاة إلى مع الطهارة،
 فإذا دخل الشرك في العبادة فسدتْ كالحدَث إذا دخل في الطهارة

”Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali dengan tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Alloh semata.

Sebagaimana shalat tidaklah disebut sebagai shalat kecuali dalam keadaan bersuci (thaharah). Apabila ibadah tadi dimasuki syirik, maka ibadah itu batal. Sebagaimana hadats yang masuk dalam thaharah.”

Dalam referensi di atas sudah jelas bahwa ibadah kita bisa diterima oleh Allah dengan adanya Tauhid. Karena tauhid sendiri merupakan syarat diterimanya sebuah ibadah. Ibadah kita tidak akan sah kecuali disertai dengan Tauhid mengesakan Allah. Sebagai Muslim kita dituntut untuk ikhlas dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Apabila terdapat atau tercampur kesyirikan dalam beribadah maka seluruh ibadah yang dilakukan akan sia-sia dan tidak ada pahala baginya.

Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah dan diamalkan para sahabat tabiin dan ulama ulama salafus sholih. Untuk sekarang ini lingkup ajaran tauhid atau aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah kita menganut dua ulama besar yakni Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al maturidi. kedua ulama ini merupakan penggagas aqidah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang murni tidak tercampur berbagai macam bid'ah dan hal hal yang menyesatkan. Beliau berdua merupakan ulama yang sangat berjasa dalam menjaga ajaran ketauhidan yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Imam Abu Hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al maturidi merupakan ulama yang konsisten menjaga kemurnian aqidah umat Islam. Beliau tidak menyampaikan hal-hal baru hanya saja beliau menjaga pendapat ulama salaf dari berbagai penyimpangan yang menyesatkan dan menjunjung tinggi akidah yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Penisbatan Kepada beliau berdua karena mereka telah memperkokoh dan menetapkan hujjah-hujjah serta argumentasi baik dari segi aqliyah maupun naqliyah (Al-Quran dan Sunnah). Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan aqidah Islam yang diwarisi oleh Rasulullah dan para sahabat serta tabiin dan ulama ulama Salaf terdahulu. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi penerus selalu menjaga kemurnian aqidah ini dari berbagai macam faham yang menyimpang. Karena masalah tauhid atau aqidah merupakan masalah yang sangat penting bagi umat islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faidah Bersiwak

Membakar Bukhur (Gharu atau Dupa) Sunnah Yang Terlupakan

Keharusan Menghormati Ahlul Bait

Memanggil Dengan Panggilan Yang Baik

Memohon Hujan Dengan Bertawasul Kepada Rasulullah

Sedekah Karena Ridho Allah

Musibah Menghapus Dosa

Jangan Menzalimi Saudara Sesama Muslim