Kasih Sayang Sesama Makhluk Hidup



 
Selalu berbuat baik merupakan perintah agama, diantaranya yaitu silaturahim menyambung kasih sayang antar sesama. Rasulullah ﷺ sendiri secara jelas mengajak kepada umatnya untuk memperbanyak silaturahim, karena hal ini merupakan perbuatan yang sangat terpuji. Saat ini banyak terjadi tindakan kekerasan,pembunuhan, penyerangan terhadap kelompk tertentu, penghujatan terhadap sesama Muslim yang tidak sependapat, dan lainsebagainya. Jelas hal ini kontradiktif dengan ajaran Islam, karena Islam adalah agama yang cinta damai, agama yang menebarkan rahmat untuk seluruh alam semesta. Salah satu misinya diutusnya Rasulullah ﷺ kebumi yaitu untuk menjadi rahmat, tidak lain yaitu menebar kasih sayang diantara manusia. Dalam Al-Qur'an disebutkan :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ

Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S. 21 Al Anbiyaa' 107)
 
Mengenai ayat tersebut dalam Tafsir At-Thabari (16/439) menjelaskan bahwasannya Nabi Muhammad ﷺ diutus Allah SWT untuk menebarkan kasih sayang bagi seluruh umat manusia, tanpa ada pengecualian, baik Muslim maupun non-Muslim. Berdasarkan ayat tersebut sebuah keharusan bagi  setiap manusia untuk saling menyayangi satu dengan lainnya. Agama Islam mengharapkan adanya persatuan, saling menjaga persaudaraan, mengedepankan kasih sayang  dan cinta perdamaian. Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih Bukhari (1/11), bahwasannya Nabi Muhammad ﷺ bersabda: 

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ 

“Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya, orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. 
Tuntunan Nabi Muhammad ﷺ jelas, karakter seorang Muslim dalam kehidupan masyarakat adalah harus saling menghormati, menebarkan kasih sayang, tidak saling mendzalimi, tidak menghujat dan tidak memusuhi terhadap orang lain. Baik dengan tindakan maupun ucapan. Imam tirmidzi dalam kitabnya menjelaskan bahwasannya kalau kita mau menebar kasih sayang di bumi, maka yang ada di langit akan membalas kasih sayang kepada kita, hal ini ditegaskan dalam hadits sebaga berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللهُ

Dari Abdullah bin Amr ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar-Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian. Lafazh Ar-Rahim (rahim atau kasih sayang) itu diambil dari lafazh Ar -Rahman, maka barang siapa yang menyambung tali silaturrahmi niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barang siapa yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memutusnya (dari rahmat-Nya). (H. R. Tirmidzi no. 2049).
 
Nabi Muhammad ﷺ sangat menganjurkan umatnya untuk menebarkan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup, baik hewan, tumbuh-tumbuhan, alam, dan manusia. Mengapa kita perlu menyayangi mereka? Karena orang yang paling dekat dengan rahmat Allah adalah orang paling menyayangi makhluk-Nya. Orang yang senang menebarkan kasih sayang terhadap makhluk Allah, tentu Allah akan memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang tersebut. Ada sebuah kisah didalam kitab Nashaihul Ibad bahwasannya ada dua ulama besar (Imam Al-Ghazali dan Imam Asy-Syibli) yang memberikan kasih sayangnya kepada seekor lalat dan kucing kecil, maka Allah memberi rahmat (kasih sayang) kepada beliau berdua, padahal yang diberi kasih sayang itu hanya seekor binatang. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad menceritakan di halaman 8 dan 16 sebagai berikut:

 رُؤِيَ اْلغَزَالِيْ فِى النَّوْمِ فَقِيْلَ لَهُ : مَا فَعَلَ اللهُ بِكَ؟ فَقَالَ : أَوْقَفَنِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَقَالَ لِيْ : بِمَ قَدِمْتَ عَلَيَّ؟ فَصِرْتُ أَذْكُرُ أَعْمَالِيْ، فَقَالَ : لَمْ أَقْبلْهَا، وَإِنَّمَا قَبِلْتُ مِنْكَ ذَّاتَ يَوْمٍ نَزَلَتْ ذُبَابَةٌ عَلَى مِدَادِ قَلَمِكَ لِتَشْرَبَ مِنْهُ وَأَنْتَ تَكْتُبُ فَتَرَكْتَ الْكِتَابَةَ حَتَّى أَخَدْتَ حَظَّهَا رَحْمَةَ بِهَا، ثُمَّ قَالَ تَعَالَى : اِمْضُوْا بِعَبْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ.

Imam Al-Ghazali pernah dimimpikan oleh seseorang, beliau ditanya : Bagaimana perlakuan Allah terhadap tuan. Beliau menjawab : Allah swt membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku : Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku? Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman : Aku tidak menerimanya, sesungguhnya yang Aku terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga lalat itu selesai minumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut. Kemudian Allah memerintahkan : Bawalah hamba-Ku ini ke surga.
 
سُئِلَ الشِّبْلِيُّ بَعْدَ مَوْتِهِ عَنْ حَلِهِ فِى الْمَنَامِ، فَقَالَ : قَالَ اللهُ تَعَالَ لِيْ : يَا أَبَا بَكْرٍ : أَتَدْرِيْ بِمَ غَفَرْتُ لَكَ؟ قُلْتُ : بِصَالِحِ عَمَلِيْ، قَالَ : لَا. قُلْتُ : بِإِخْلَاصِ عُبُوْدِيَّتِيْ، قَالَ : لَا. قُلْتُ : بِحَجِّيْ وَ صَوْمِيْ وَ صَلَاتِيْ، قَالَ : لَا. قُلْتٌ : بِهِجْرَتِيْ لِلصَّالِحِيْنَ وَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ، قَالَ : لَا. قُلْتُ : إِلَهِيْ فَبِمَ؟ فَقَالَ تَعَالَى : أَتَذْكُرُ حِيْنَ كُنْتَ تَمْشِيْ فىِ دَرْبِ بَغْدَادَ فَوَجَدْتَ هِرَّةَ صَغِيْرَةَ قَدْ أَضْعَفَهَا اْلبَرْدُ وَ هِيَ تَنْزَوِىْ مِنْ شِدَّتِهِ، فَأَخَدْتَهَا رَحْمَةً لَهَا وَ أضدْخَلْتَهَا فِى فَرْوٍ كَانَ عَلَيِكَ وِقَايَةً لَهَا؟ فَقُلْتُ : نَعَمْ، فَقَالَ تَعَالَى : بِرَحْمَتِكَ لِتِلْكَ الْهِرَّةِ رَحِمْتُكَ.

Setelah Imam Asy-Syibli wafat, pernah dalam suatu impian ditanyai tentang keadaan nasib dirinya. Beliau menjelaskan dan katanya : Allah menanyai aku dengan firman-Nya : Wahai Abu Bakar (nama asli Imam Syibli), mengapa Aku mengampunimu? Aku pun menjawab : Dengan amal shalihku. Allah berfirman : Bukan. Lalu aku berkata : Dengan keikhlasan ibadahku. Allah berfirman : Tidak juga. Aku berkata : Dengan haji, puasa dan shalatku. Allah berfirman : Juga bukan. Aku berkata : Dengan bepergianku kepada orang shalih dan mencari ilmu. Allah berfirman : Tidak. Kemudian aku ganti bertanya : Oh, Tuhanku, lantas dengan apakah itu? Allah berfirman : Ingatkah kamu di kala tengah berjalan menelusuri kota Baghdad, lalu kamu menemukan seekor kucing kecil yang tidak berdaya lantaran menggigil kedinginan, kemudian karena kasihan kamu pungut ia dan kamu selamatkan di dalam kehangatan jubah tebalmu itu? Aku pun menjawab : Benar Tuhan, aku ingat. Allah pun berfirman lagi : Lantaran kasih sayangmu terhadap kucing itu, Aku pun kasih sayang padamu.
 
Kita sebagai umat islam mempunyai suri tauladan yang baik yaitu Rasulullah ﷺ. Beliau adalah seseorang yang lemah lembut, baik hati, sopan, akrab terhadap sesama tidak pandang bulu, dan mengutamakan kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup apalagi kepada umatnya. Sikap kasih sayang inilah yang seharusnya kita tiru sebagai teladan bagi kita semua dan menjadi inspirasi dalam segala prilaku dan tindakan. Memiliki hati yang penuh kasih sayang serta berusaha untuk selalu berbuat baik kepada semua makhluk memang tidaklah mudah. Semoga kita dapat meniru akhlak dan budi pekerti beliau. Sehingga kita semua selalu dekat dengan rahmat dan kasih sayang Allah SWT dan jauh dari Murka-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faidah Bersiwak

Membakar Bukhur (Gharu atau Dupa) Sunnah Yang Terlupakan

Keharusan Menghormati Ahlul Bait

Memanggil Dengan Panggilan Yang Baik

Ilmu Tauhid

Memohon Hujan Dengan Bertawasul Kepada Rasulullah

Permasalahan Yang Harus Diketahui Wanita

Sedekah Karena Ridho Allah

Memberi Contoh Yang Baik